## Pantoja vs.
Kara-France: Pertarungan Pertama yang Mengecewakan dan Kritikan Pedas Dana WhitePertarungan ulang antara Alexander Pantoja dan Kai Kara-France di UFC 290 memang sangat dinantikan, namun mari kita tarik kembali ingatan kita ke pertemuan pertama mereka di Octagon pada tahun 2016.
Pertarungan yang seharusnya menjadi pembuktian bagi keduanya justru meninggalkan kesan kurang memuaskan, bahkan menuai kritik tajam dari Presiden UFC, Dana White.
Pantoja dan Kara-France pertama kali berbagi ring pada 6 Agustus 2016 dalam ajang UFC Fight Night 92.
Saat itu, Pantoja masih dalam masa awal karirnya di UFC, sementara Kara-France mencoba membuktikan dirinya sebagai petarung yang patut diperhitungkan.
Di atas kertas, pertarungan ini menjanjikan aksi cepat dan teknik tinggi dari kelas terbang yang lincah.
Namun, kenyataan di atas ring jauh dari ekspektasi.
Menurut pengamatan saya, pertarungan tersebut lebih didominasi oleh kehati-hatian dan strategi menunggu.
Kedua petarung tampak enggan mengambil resiko besar, menghasilkan tempo yang lambat dan minim aksi signifikan.
Pantoja memang berhasil mengendalikan sebagian besar pertarungan dengan grappling dan beberapa serangan *ground and pound*, namun tidak ada satu pun yang benar-benar mendekati *finishing*.
Sementara itu, Kara-France kesulitan untuk melepaskan diri dari kontrol Pantoja dan hanya mampu melancarkan serangan sporadis.
Dana White, yang terkenal dengan kejujurannya, tidak sungkan melontarkan kritiknya.
Dalam konferensi pers pasca-pertarungan, ia mengungkapkan kekecewaannya terhadap penampilan kedua petarung.
“Sejujurnya, *neither fighter really did much*,” ujarnya dengan nada frustasi.
“Saya mengharapkan lebih dari mereka.
Mereka memiliki potensi yang luar biasa, tetapi mereka tidak menunjukkan itu di atas ring.
“Statistik pertarungan memang mendukung argumen White.
Meskipun Pantoja unggul dalam jumlah *takedown* dan *significant strikes*, persentase keberhasilannya relatif rendah.
Kara-France, di sisi lain, kesulitan untuk mendaratkan pukulan yang berarti.
Pertarungan berakhir dengan kemenangan angka mutlak untuk Pantoja, namun kemenangan tersebut terasa hambar dan tidak meyakinkan.
Dari sudut pandang pribadi saya, pertarungan pertama Pantoja vs.
Kara-France merupakan contoh klasik bagaimana tekanan dan ekspektasi dapat mempengaruhi performa seorang atlet.
Mungkin saja kedua petarung merasa gugup atau terlalu berhati-hati untuk menghindari kekalahan.
Apapun alasannya, pertarungan tersebut jelas tidak memenuhi standar yang diharapkan dari petarung UFC.
Namun, yang terpenting adalah bagaimana kedua petarung belajar dari pengalaman tersebut.
Pantoja terus berkembang dan akhirnya menjadi juara kelas terbang UFC.
Kara-France juga menunjukkan peningkatan signifikan dan membuktikan dirinya sebagai salah satu pesaing teratas di divisinya.
Pertarungan ulang mereka di UFC 290 adalah kesempatan bagi keduanya untuk membuktikan bahwa mereka telah melampaui penampilan mengecewakan di masa lalu dan menunjukkan kepada dunia apa yang sebenarnya mereka mampu lakukan.
Kita semua berharap pertarungan kali ini akan jauh lebih menghibur dan membuktikan bahwa kritikan pedas Dana White di masa lalu telah menjadi motivasi bagi mereka untuk menjadi petarung yang lebih baik.